Ada saja yang bertanya kepada saya mengapa saya selalu memandang segala sesuatu serba positif?
Sebenarnya bukan positif, lebih tepatnya SESUAI. Apa pun kejadian atau peristiwa itu. Baik yang tampak umumnya sebagai peristiwa baik maupun yang paling dihindari orang.
Bagi saya semuanya sudah sesuai.
Mengapa bisa begitu?
Simple. Karena saya memandang Tuhan yang Singular atau Tunggal. Memang semua ciptaan-Nya adalah DUAL, tetapi Tuhan adalah Tunggal.
CiptaanNya akan selalu tampak Baik-Buruk, Positif-Negatif (Dualistis). Dan pada umumnya manusia terperangkap di persepsi Dualistis ini.
Mereka akan memilih yang baik dan takut akan yang buruk. Kalau terjadi yang baik mereka syukuri. Sedangkan kalau terjadi yang buruk mereka berteriak minta ampun, meratapi, takut, dan jatuh semangatnya.
“Tuhan itu yang baik-baik saja. Yang buruk bukan dari Tuhan.” begitu ujar mereka.
Seolahnya mereka memandang Tuhan hanya sebelah mata.
Padahal jika diibaratkan pintu yang terkunci dimana dibaliknya terdapat opportunity, pengetahuan, harus didobrak dulu untuk dapat terbuka.
Kenapa dobrak? Karena kuncinya tidak ada.
“Dobrak” adalah kata yang berkonotasi negatif, identik dengan sakit, penderitaan, kesengsaraan, dll. Kemudian dijauhi. Kesempatan dan pengetahuan baru itu tidak akan pernah terbuka.
Malah saya memandangnya begini;
Tuhan memberikan ujian padamu berupa rizki berlimpah. Dan Tuhan memberikan Kasih Sayang-Nya padamu berupa rasa sakitnya penderitaan.
Tuhan mengundangmu dalam sebuah PESTA, yaitu HIDUP ini. Bagaimana sikapmu, cara pandangmu terhadap Tuhan menentukan bagaimana kau menghadiri atau memenuhi undangan-Nya.
Pesta-Nya begitu megah bergelimang pernak-pernik kenikmatan hidup. Asal kau tahu bagaimana memandangnya dalam Kemanunggalan-Nya saja kau akan menikmati setiap yang ada di hidup ini.
Tidaklah mungkin Pesta Tuhan ini tidak sempurna. Dia-lah Sang Maha Perencana Pesta (Party Planner yang sempurna) Semuanya sudah sempurna adanya. Baik maupun buruknya.
Baik dan buruk adalah hiasan pesta.
Oleh karena itu; bukalah kedua matamu. Terimalah yang Dual untuk memahami yang Singular; Tuhan.
Tuan rumah sudah hadir di tengah-tengah para Tetamu-Nya yang Mulia, tetapi kau – si tamu – menghindar untuk menemui-Nya.