Seorang penyair, John Milton menulis, “Pikiran adalah suatu tempat tersendiri, dan di dalamnya bisa membuat surga dari neraka, atau neraka dari surga”
Ratusan studi menunjukkan bahwa jika seseorang percaya telah minum minuman mahal, rasanya terasa lebih enak.
Hal ini terbukti juga melalui hasil pindai otak dengan FMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging).
Di depan mereka ada layar yang menampilkan informasi anggur. Semua orang, tentu saja, minum anggur yang sama. Tetapi jika ia percaya ia minum minuman mahal, bagian dari otak yang berhubungan dengan kepuasan dan penghargaan menyala.
Tidak hanya ia akan berkata lebih lezat, ia juga akan berkata lebih menyukainya. Ia benar-benar mengalami pengalaman meminum anggur dengan cara yang berbeda.
Anggur yang mereka minum sama, tapi pandangan mereka terhadap anggur itu berbeda. Penilaian mereka terhadap anggur itu berbeda dan hasilnya adalah rasa anggur yang juga berbeda mereka rasakan.
Hal yang sama juga berlaku pada seks dan rasa cinta. Seberapa menarik seseorang bagi kita, atau seberapa banyak kita digerakkan secara seksual atau rasa cinta, tergantung pada siapa yang kita pikir kita lihat.
Jika yang kita lihat pada seseorang itu seperti artis idaman kita, maka kita cenderung mudah tertarik. Itulah mengapa gairah libido kita cenderung hilang ketika kita melihat saudara kandung, karena kita pikir ia adalah keluarga dekat kita.
Inilah mengapa pasangan keluarga yang senantiasa awet adalah pasangan yang memandang satu sama lain sebagai orang yang begitu bernilai bagi dirinya.
Kita melihat pasangan kita dengan nilai yang bagus dan lebih dari sekadar penampilan fisiknya. Jika kita menyukai seseorang, mereka terlihat lebih baik bagi kita.
Pasangan di pernikahan yang bahagia cenderung berpikir suami atau istri mereka terlihat jauh lebih baik daripada yang dipikirkan orang lain.
Beda nilai yang kita berikan pada seseorang atau sesuatu, beda pula cara kita bersikap dan berperilaku.
Bahagia adalah tentang cara kita menilai seseorang atau sesuatu. Seperti kata John Milton di atas bahwa pikiran adalah suatu tempat tersendiri, dan di dalamnya bisa membuat surga dari neraka, atau neraka dari surga.
Cara kita menilai kehidupan, menentukan perasaan apa yang kita rasakan.