Satu-satunya yang membuat kita tidak peduli kepada sesama adalah ego. Ego menjadikan diri seseorang menjadi pusat perhatian.
Sedangkan kepedulian adalah tentang meluaskan jangkauan ego diri, yaitu dari lingkaran ego diri diperluas menjadi lingkaran ego kemanusiaan. Dimana ego kemanusiaan lebih luas lingkarannya dibandingkan ego keluarga dan ego kelompok.
Saat ego diri kita telah meluas hingga kepada ego kemanusiaan tanpa batasan budaya, suku, agama, dan geografis, maka saat itu pula nilai kepedulian dan kasih sayang kita menjadi benar-benar bernilai dan bermakna.
Para arif mengatakan cinta tidak terdefinisikan. Mereka berkeyakinan bahwa bahasa dan ucapan tidak memiliki kapasitas menjelaskan konsepsi dan makna cinta.
Namun ada ungkapan-ungkapan yang menggambarkan tentang cinta diantaranya:
“Hakikat cinta adalah bahwasanya hamba melupakan bagian dirinya karena Tuhan”;
“Siapa yang telah menjadi pecinta, dia telah menemukan Tuhan. Siapa yang telah menemukan Tuhan, dia akan melupakan dirinya”;
“Menyerahkan totalitas diri kepada yang dicintai dan tidak menyisakan sesuatupun bagi dirinya”;
“Meletakkan sifat-sifat mahbub pada tempat sifat-sifat pecinta serta mengganti sifat-sifat pecinta dengan sifat-sifat yang dicintai”.
Semua ungkapan makna tentang cinta di atas mencirikan satu hal bahwa ego diri kita telah musnah dan digantikan oleh kecintaan kepada Sang Maha Pengasih. Dan karenanya, kepedulian dan kasih sayang pada diri kita telah meliputi semua makhluk.
Dalam penelitian ilmiah menunjukkan bahwa saat kita peduli dan penuh kasih sayang, kita mematikan respon stres. Kita juga menyingkirkan emosi-emosi destruktif dan negatif seperti marah, dengki, dan iri hati.
Kepedulian dan kasih sayang membuat kita merasa lebih kuat dan bertenaga, juga mengurangi rasa sakit dan nyeri.
Bahkan penelitian Paul Wink dari Wellesley College menunjukkan jika kita mulai peduli dan mengasihi sesama sejak SMA, dengan senantiasa memberi, maka besar kemungkinan kita sehat secara fisik dan mental hingga masa tua, untuk jangka waktu lebih dari 50 tahun.
Saat kita merasakan kepedulian, kasih sayang, dan berbagai perasaan konstruktif dan positif, maka kita mengubah keadaan diri.
Karena semua emosi konstruktif dan positif memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan emosi-emosi detruktif seperti amarah, perasaan bersalah, dan iri hati.
Dimana seluruh frekuensi membawa informasi, maka ketika kita mengubah frekuensi, kita pun mengubah energi kita. Keadaan ini membuat kita menjadi lebih sehat secara fisik dan mental.
Keadaan mental yang kontruktif dan positif ini juga membuat jantung kita menjadi koheren. Energi dari perasaan konstruktif ini akan menggerakkan setidaknya 1.400 perubahan biokimia dalam tubuh yang mendorong pertumbuhan dan perbaikan.
Jadi, kepedulian dan kasih sayang yang dilandasi cinta adalah bentuk kemerdekaan diri yang menyehatkan fisik dan mental, juga menjadi tenaga pendorong bagi kita untuk keluar dari lingkaran ego menuju lingkaran kemanusiaan.
Penulis : Syahril Syam, ST, C.Ht, L.NLP Pakar Pengembangan Diri