Bayangkan segelas es teh manis. Ada es, ada teh, ada air, dan ada gula.
Misalkan esensi dari segelas es teh manis adalah gula, maka bayangkan hilangkan es-nya dari es teh manis itu.
Kemudian hilangkan teh-nya. Dan terakhir hilangkan air-nya. Yang tersisa terakhir adalah esensi dari es teh manis itu, yaitu gula-nya saja.
Ekstrak gula dari satu gelas es teh manis paling tidak hanya satu sendok kecil gula pasir. Tidak lebih.
Sekarang masukkan satu sendok gula itu ke dalam mulutmu. Bagaimana rasanya?
Sangat manis, bukan?
Di atas adalah analogi bagaimana sesungguhnya setiap kondisi atau setiap kejadian bila dicermati esensinya, akan sangat pekat dan sarat akan rasa yang mendasari kondisi itu sendiri. Yang membuatnya hambar atau biasa saja adalah atribut-nya.
Es, teh, air adalah atribut yang bercampur bersama gula, menjadikan sesendok gula itu menjadi tidak manis, biasa saja dan tidak istimewa.
Kejadian apa pun di dalam hidupmu yang tampak biasa saja, tidak istimewa karena berulang setiap hari, sesungguhnya mengandung esensi yang sangat istimewa.
Ambillah contoh nafasmu. Setiap hari kau bernafas dan sudah sangat terbiasa dengannya. Biasa saja. Tidak istimewa, Semua orang melakukannya. Akan tetapi, cobalah duduk diam, pejamkan matamu.
Rasakanlah bagaimana udara masuk melalui hidung saat kau menghirupnya. Terasa menggelitik ujung hidungmu, masuk ke dalam, terasa udara bergerak masuk ke tenggorokan terus hingga ke paru-paru. Dada mengembang terisi udara. Lalu hembuskan… terasa lega…
Apa yang baru saja kau lakukan itu adalah penghayatan akan suatu peristiwa yang sangat sederhana. Dan hanya dengan begitu kau akan menghargai nafasmu. Dan kau mampu bersyukur atas perisitwa sesederhana nafas itu sebagai peristiwa paling istimewa.
Setiap kejadian dalam hidupmu jika dihayati kau akan merasakan esensinya. Dan hanya dengan merasakan yang esensial kau akan mampu menghargai dan menyukurinya.
Latihlah melakukannya.
Kau akan sadari betapa hidupmu adalah sebuah nikmat. Dan hidupmu dipenuhi keajaiban yang tiada henti.
Arti dari semua ini yakni bagi mereka yang sudah mulai mampu melihat esensi dari setiap peristiwa yang dialaminya, hanya hikmah yang ia lihat. Akan selalu ada makna atau hikmah di dalam esensi setiap peristiwa, kejadian, kondisi yang dihadapi atau dialami setiap manusia.
Mereka itu tidak lagi memandang dan menghakimi kejadian apa pun sebagai kejadian baik maupun buruk, namun serangkaian kejadian yang saling terhubung. Karena hikmah adalah kisah bersambung.
Ya, esensi dan hikmah adalah cerita bersambung. Tidak ada hikmah yang tidak mendatangkan kejadian selanjutnya.
Seperti analogi gula sebagai esensi es teh manis, jika kita memahami gula itu maka gula tidak hanya dapat memberi rasa manis pada teh, tetapi juga fleksibel pada semua jenis minuman dan masakan lainnya yang tak berhingga kemungkinannya.
Jika memahami yang esensial, maka tiada kejadian buruk bagimu, walaupun orang lain menilainya sebagai kejadian buruk.
Dan karena di setiap kejadian adalah hikmah, maka tiada kejadian yang tidak kau syukuri, walaupun kebanyakan orang lain sering menyesali kejadian yang menimpa mereka.
Dengan syukur yang tak putus di setiap kejadian, banyak rangkaian kejadian yang datang kemudian yang berupa jawaban, dan pertolongan untukmu.
Hanya dirimu yang mampu melihatnya begitu. Karena kau memahami yang esensial.
Lalu apa yang terjadi kemudian?
Silakan dialami sendiri keajaiban syukur.