Sisi Ini:
Semasa kondisi ekonomi stabil, situasi aman terkendali, setiap perut dapat terisi tiga kali sehari, mandi air bersih dua kali sehari, serasa dunia sangat damai. Rumah ibadah penuh setiap hari memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, Pengasih, Penyayang.
Kepatuhan, kepujaan, kesembahan, semua dipanjatkan kepada Tuhan.
Senyuman semringah menghiasi wajah para orang tua kepada anak-anaknya. Bahagia akan hidup yang sejahtera, berkecukupan, harmonis, lengkap.
Bekerja sehari-hari dengan bangga, pulang membawa bingkisan untuk keluarga. Betapa bahagianya hidup ini.
Sisi Lain:
Alam mengalami siklus, terjadi perubahan musim, iklim, dan keselarasan benda-benda selestial. Energi alam semesta bergerak.
Sebentuk awan gelap menggeser kecerahan langit. Mendung, hujan, badai, bencana alam, kematian, kesedihan, kepedihan, kemiskinan, kelaparan.
Awan kekeruhan menggeser beningnya pikiran. Muncullah amarah, kecewa, dendam. Kemudian merasa sakit hati, iri, cemburu, benci, dengan kebahagiaan mereka yang di sebelah sana.
Sebagian melampiaskan awan gelap itu dalam wujud pencurian, penculikan, perkosaan, pembunuhan, teror.
Sisi Ini:
Tabir terbuka di hadapan. Dunia tidak secerah yang mereka anggap selama ini. Mereka takut menyaksikan kegelapan itu.
Rasa takut, khawatir, cemas, berubah menjadi benci, jijik, yang kemudian berwujud dalam hujatan, pengucilan, penghakiman, penghukuman.
Kemana senyumanmu?
Dapatkah kau bertanya kepada pemimpinmu penjelasan akan semua ini?
Dapatkah mereka menjelaskan mengapa semua ini terjadi?
Mengapa ada gelap dan terang?
Mengapa ada baik dan buruk?
Mengapa kau yang hidup berkecukupan menjauhi yang lainnya?
Mengapa kau ajarkan anak-anakmu untuk mengucilkan orang lain?
Mengapa Tuhanmu membiarkanmu menjadi pembenci sesamamu?
Dapatkah Tuhanmu memberikan jawaban padamu?
Rekonsiliasi:
Bacalah, belajarlah, kenalilah Tuhan.
Siapa Dia yang sesungguhnya, yang Hakiki?
Bagaimana alam ini tercipta? Mengapa ada Penciptaan?
Kenalilah Tuhan seadanya Dia.
Terimalah Dia dalam Ke-Satu-anNya.
Ada satu kelompok manusia yang sadar akan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Mereka tidak berada di Sisi Ini ataupun di Sisi Lain. Mereka memahami Tuhan yang hakiki, bukan Tuhan separuh-separuh yang disembah di dalam kedua sisi itu.
Jika menerima yang baik, maka terima juga yang buruk. Dengan menerima dua sisi sekaligus, kau akan melihat keseimbangan. Kau juga akan melihat kesemuan dua sisi itu. Tidak ada yang baik, tidak ada yang buruk. Semua alamiah.
Kenali sifat suci-mu, kenali pula sifat marah-mu. Setiap manusia memiliki kedua kualitas ekstrim itu. Kenalilah, maka akan disadari penyatuan kepada yang hakiki. Keseimbangan jiwa, kedamaian hati yang sesungguhnya.
Lalu pendanglah Tuhan dalam kondisimu yang seimbang tenang itu. Maka hanya tampaklah Tuhan yang Satu. Yang Singular. Yang meliputi semuanya.
Tuhan memancarkan cahaya cinta.
Cinta yang bukan lawan dari benci.
Damai yang bukan lawan dari permusuhan.
Yang terakhir, jadikanlah dirimu konduktor bagi cahaya-Nya.
Pancarkan cahaya illahi untuk semua.
Jadilah penyampai pesan.
Damai… damai… damai…(***)