Ada dua cara memadamkan api
Pertama, adalah dengan meniadakan oksigen pada api, yaitu dengan menyiram dengan air atau menutup api dengan kain basah.
Kedua, bila api terlalu besar, adalah dengan mengisolasinya dari bahan-bahan yang mudah terbakar di sekelilingnya, sehingga api kehabsian bahan bakar, lalu ia pun akan padam dengan sendirinya.
Amarahmu layaknya api yang tengah berkobar. Ia dapat kamu padamkan sendiri dengan segera menggantinya dengan hal-hal yang mengungguli api itu, yaitu dengan kerendahan hati dan rasa syukur
Atau dengan mengucilkan dirimu sendiri dari umpan api yang dapat ikut terbakar karena amarahmu, yaitu orang lain.
Dengan mengucilkan dirimu, kamu memberi waktu amarahmu padam dengan sendirinya seiring waktu.
Dalam pengucilanmu, bertenang dirilah, renungkan penyebab marahmu, terima itu sebagai pelajaran, lalu maafkan. Ada hikmah di balik setiap kejadian.
Tidak ada kejadian yang datang secara kebetulan. Setiap peristiwa merupakan rangkaian dari peristiwa sebelumnya.
Bagai cerita bersambung. Semakin besar masalahmu, semakin banyak pelajaran yang bisa kamu dapatkan.
Lampu tidak akan menyala tanpa adanya arus listrik negatif dan positif. Jadi, saat kamu merasa low, negatif, marah, yakinlah bahwa hal itu juga membawa sesuatu yang positif.
Semakin baik suatu kejadian, semakin buruk kejadian yang menyertainya.
Buah durian yang lezat dilapisi kulit yang kuat dan tajam. Keburukan adalah topeng dari sesuatu yang indah di baliknya.
Itulah Dualitas Kehidupan.
Lalu jika kamu sanggup bertanya, adakah kebaikan tanpa syarat?
Ada. Yaitu Tuhan.
Maka berpihaklah pada Tuhan untuk dapat selalu menyikapi kejadian hidupmu dengan baik.
Dan berbuatlah kebaikan tanpa syarat, sehingga keburukan tidak menyertainya.