Apakah pernah kita menyadari bahwa yang membuat kita merasa cemas, merasa menderita, merasa jengkel, merasa kecewa, merasa marah, dan merasa sakit di hati adalah perasaan kita sendiri?
Bukan pikiran yang membuat kita tidak bahagia, melainkan perasaan yang kita rasakanlah yang membuat kita hampa dan penuh derita.
Dan ketika seseorang merasakan semua perasaan destruktif (mengarah ke negatif) di atas, maka dunianya pun seolah turut mendukung apa yang dirasakannya.
Hadirnya kesialan, urusan yang bertele-tele, dan lingkungan sekitar yang seolah tidak pernah mengerti isi hati yang dirasakan.
Menariknya, perasaan yang sama pula bisa membuat kita merasa bahagia. Bisa membuat kita merasa kreatif, merasa tenang, merasa damai, merasa penuh kasih, perasaan penuh daya, bersemangat, berenergi, berkelimpahan, bersyukur, dan merasa penuh makna hidup yang konstruktif.
Dan ketika kita merasakan perasaan-perasaan konstruktif ini, hidup kita pun penuh keberuntungan.
Urusan tiba-tiba lancar, hadirnya rejeki yang tak diduga-duga, dan lingkungan sekitar yang ternyata senantiasa mendukung kita dengan dukungan yang penuh arti.
Beda perasaan beda kehidupan yang dijalani. Beda pula cara pandang kita terhadap orang, peristiwa, dan keadaan sekitar.
Semuanya bermula dari hati. Semuanya bermula dari perasaan yang dirasakan.
Oleh sebab itu, luapan perasaan apa yang dirasakan saat ini: konstruktif (membangun/membina) ataukah destruktif (mengarah negatif/kehancuran) ?