Kesadaran adalah sesuatu yang selalu hadir, tanpa meminta izin atau memerlukan syarat apa pun. Ia seperti langit yang tak pernah memilih awan mana yang boleh melintas.
Tidak peduli apakah kita sedang bahagia, sedih, marah, atau bingung, kesadaran tetap ada—diam, jernih, dan tak tergoyahkan. Ia tidak memerlukan usaha untuk ada, tidak membutuhkan pengakuan, dan tidak terpengaruh oleh apa pun yang terjadi dalam hidup kita.
Namun, seringkali kita mengabaikan kehadirannya. Kita terlalu sibuk dengan pikiran, emosi, dan cerita yang diciptakan oleh pikiran.
Kita terjebak dalam identitas yang dibangun oleh pengalaman masa lalu, harapan masa depan, dan segala bentuk penilaian.
Tapi di balik semua itu, kesadaran tetap ada—tanpa syarat, tanpa tuntutan, dan tanpa batas.
Kesadaran: Tempat Kembali yang Selalu Ada
Bayangkan kesadaran sebagai rumah sejati kita. Tidak peduli seberapa jauh kita pergi, seberapa banyak drama yang kita alami, atau seberapa dalam kita terjebak dalam pikiran, rumah itu selalu menunggu kita kembali.
Ia tidak pernah menolak, tidak pernah menghakimi, dan tidak pernah meminta kita untuk berubah. Kesadaran menerima kita apa adanya, dalam segala kondisi.
Ketika kita mulai menyadari hal ini, hidup terasa lebih ringan. Kita tidak lagi perlu berjuang untuk menjadi “seseorang” atau mencapai sesuatu untuk merasa berharga.
Kesadaran mengajarkan kita bahwa kita sudah lengkap, sudah utuh, dan sudah cukup—tanpa perlu tambahan apa pun.
Mengapa Kita Sulit Menyadarinya?
Meskipun kesadaran selalu ada, mengapa kita sering merasa jauh darinya? Jawabannya terletak pada kecenderungan pikiran untuk selalu sibuk.
Pikiran kita seperti proyektor yang terus-menerus menampilkan cerita, drama, dan masalah. Kita terjebak dalam narasi itu, seolah-olah itulah kenyataan satu-satunya. Padahal, di balik semua itu, kesadaran tetap hadir—diam dan tenang.
Kita juga sering mengaitkan kesadaran dengan pengalaman tertentu, seperti saat meditasi atau ketika merasa damai.
Tapi kesadaran tidak terbatas pada momen-momen tertentu. Ia ada bahkan dalam kekacauan, dalam kesedihan, dan dalam ketakutan. Kesadaran tidak memilih; ia menerima segalanya tanpa syarat.
Bagaimana Menyentuh Kesadaran Tanpa Syarat?
Untuk menyentuh kesadaran tanpa syarat, kita tidak perlu melakukan hal-hal besar. Kita hanya perlu berhenti sejenak dan mengamati.
Berikut beberapa langkah sederhana:
Berhenti dan Bernapas: Ambil jeda sejenak dari kesibukan sehari-hari. Tarik napas dalam-dalam dan sadari kehadiran Anda di sini, saat ini.
Amati Pikiran dan Emosi: Alih-alih terbawa oleh pikiran atau emosi, cobalah mengamatinya sebagai saksi.
Sadari bahwa Anda bukanlah pikiran atau emosi itu, melainkan kesadaran yang menyaksikannya.
Rasakan Kehadiran Tubuh: Fokuskan perhatian pada sensasi tubuh. Rasakan napas, detak jantung, atau sentuhan kaki di lantai. Ini adalah cara sederhana untuk kembali ke momen sekarang.
Biarkan Segalanya Ada: Jangan mencoba mengubah atau menolak apa pun. Biarkan pikiran, emosi, dan sensasi muncul dan pergi. Kesadaran tidak perlu mengontrol; ia hanya menyaksikan.
Kesadaran Tanpa Syarat: Kebebasan Sejati
Ketika kita mulai hidup dari kesadaran tanpa syarat, kita menemukan kebebasan sejati. Kita tidak lagi terikat oleh identitas, harapan, atau ketakutan.
Kita menyadari bahwa semua pengalaman—baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan—hanyalah fenomena sementara yang muncul dan lenyap dalam ruang kesadaran.
Kesadaran mengajarkan kita untuk tidak melawan hidup, tetapi menerimanya sepenuhnya. Dalam penerimaan itu, kita menemukan kedamaian yang tak tergoyahkan.
Kita menyadari bahwa kita bukanlah tubuh yang rentan, pikiran yang gelisah, atau emosi yang bergejolak. Kita adalah kesadaran itu sendiri—abadi, tak terbatas, dan tanpa syarat.
Jadi, beranikah Anda melepaskan semua syarat dan kembali ke kesadaran murni?
Beranikah Anda menemukan diri sejati yang tak terikat oleh apa pun? Kesadaran menunggu Anda, selalu ada, selalu siap.
(IA)