Ke-Aku-an merupakan EGO yang menjadikan kita Angkuh dan Sombong.
Sifat sombong yang sering kita lakukan tanpa sadar yakni “Merasa paling berjasa”, dan “Merasa Paling Benar”
❌ Aku kan lebih baik dari dia
❌ Aku kan lebih kaya dari dia
❌ Aku lebih pintar dari dia
❌ Aku kan lebih cantik dari dia
❌ Aku kan yang menolong dia, kalau bukan aku dia gak bisa seperti itu. Dan seterusnya….
Apa bedanya perkataan-perkataan di atas dengan perkataan Iblis:
“Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”
Bentuk Ke-Akuan diri sangat berdampak ke hal agreasifitas, daya kompetisi, keserakahan, sifat manipulatif, dan rasa kepemilikan.
Keakuan bersifat merusak, bukan kasih sayang yang memelihara.
Keakuan bukan cinta, di sana tidak terdapat kearifan dan keseimbangan.
Ketika pikiran mengenali suatu objek sebagai hiburan atau pelepasan, artinya batin berada di dalam konflik.
Konflik terjadi karena merasa Ke-akuan
Sadar tidak membutuhkan cara, objek, atau gagasan apa pun.
Maka Hilangkanlah KeAkuan diri dengan mengaji diri
Hidup kita ini hanya menumpang harta Tuhan, dengan itu kembalikanlah harta itu kepada-Nya
Jika masih menginjak tanah janganlah bersikap langit
Kesadaran inilah yang seharusnya kita bangun.
Tidaklah engkau itu ada akan tetapi AKUlah yang ADA pada sekalian yang ada
AKUlah yang zahir dan AKUlah yang batin, sesungguhnya zahirKU batin bagimu dan batinKU rahasia bagimu.
Maka pada hakikat yang sebenarnya kita ini tidak ada. Yang ADA itu adalah Allah yang Maha Esa. DIA lah yang eksis
Kita saat ini terlalu sibuk mengejar KeAkuan diri, mengejar dunia, sampai kita lupa bagaimana, kabarnnya daun Sidrath al Muntaha yang bertuliskan nama kita semua apakah masih kokoh atau sudah akan hampir terjatuh