Menu

Mode Gelap

Suggestion · 17 Jan 2024 12:04 WITA ·

Sepi, Rasa Bersalah, dan Kecemasan

Sepi, Rasa Bersalah, dan Kecemasan Perbesar

Sepi, Rasa Bersalah, dan Kecemasan

Ada begitu banyak orang yang selalu mengaku senang dan bahagia. Ia bahkan bisa sering jalan-jalan ke tempat-tempat yang membuatnya merasa senang.

Ketika ditanya apakah ia biasa stres atau sedih, jawabannya selalu saja “tidak”. Dan biasanya ia akan menggambarkan bagaimana ia menjalani hidupnya setiap hari dengan banyak kesenangan dan kebahagiaan.

Ia juga cenderung berpikir dan merasa bahwa ia menikmati hidup. Apalagi jika ia rutin jalan-jalan, maka yang tergambarkan di benaknya adalah bahwa ia sebenarnya orang yang bahagia.

Tapi ironisnya, penyakit fisik tidak akan bisa berbohong. Walau adanya penyakit fisik tidak bisa dijadikan indikator mutlak

Akan tetapi jika seseorang pada usia muda atau paruh baya telah menderita penyakit-penyakit yang tergolong agak berat

Maka pada dasarnya ia tidaklah sesenang dan sebahagia yang dikiranya selama ini.

Otak kita terdiri dari sekitar 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Setiap sel saraf menyerupai pohon ek yang tidak berdaun tetapi elastis, dengan cabang-cabang yang bergoyang dan sistem akar yang menghubungkan dan memutuskan hubungan dengan sel-sel saraf lainnya.

BACA JUGA :  Hampir Semua Orang Rentan Dilanda Kecemasan

Jumlah koneksi yang mungkin dibuat oleh sel saraf tertentu dapat berkisar dari 1.000 hingga lebih dari 100.000, tergantung dimana sel saraf berada di otak.

Misalnya pada neokorteks kita yaitu otak berpikir, memiliki sekitar 10.000 hingga 40.000 koneksi per neuron.

Saat kita mempelajari hal-hal baru dan memiliki pengalaman baru dalam hidup kita, neuron kita membuat koneksi baru, bertukar informasi elektrokimia satu sama lain.

Koneksi tersebut disebut koneksi sinaptik, karena tempat dimana sel-sel bertukar informasi terjadi di celah antara cabang satu neuron dan akar neuron lainnya yang disebut sinaps.

Jika belajar membuat koneksi sinaptik baru, maka mengingat adalah menjaga koneksi tersebut tetap terhubung. Jadi pada dasarnya, memori adalah hubungan atau koneksi jangka panjang antara sel-sel saraf.

Saat otak membuat perubahan, pikiran kita menghasilkan campuran berbagai bahan kimia yang disebut neurotransmitter.

Ketika kita memikirkan pikiran, neurotransmitter di satu cabang dari satu pohon neuron melintasi celah sinaptik untuk mencapai akar pohon neuron lain.

BACA JUGA :  Motivasiku untuk Memotivasimu

Begitu mereka melewati celah itu, neuron menyala dengan sambaran informasi listrik.

Ketika kita terus memikirkan pikiran yang sama, neuron terus menembak dengan cara yang sama, memperkuat hubungan antara dua sel sehingga mereka dapat lebih siap menyampaikan sinyal saat berikutnya neuron tersebut menyala.

Akibatnya, otak menunjukkan bukti fisik bahwa sesuatu tidak hanya dipelajari, tetapi juga diingat.

Ketika hutan neuron menyala secara serempak untuk mendukung pemikiran baru, bahan kimia tambahan (protein) dibuat di dalam sel saraf dan menuju ke pusat sel, atau nukleus, di mana ia mendarat di DNA.

Protein kemudian mengaktifkan beberapa gen. Karena tugas gen adalah membuat protein yang mempertahankan struktur dan fungsi tubuh, sel saraf kemudian dengan cepat membuat protein baru untuk membuat cabang baru di antara sel-sel saraf.

Jadi, ketika kita mengulangi pikiran atau pengalaman cukup lama, sel-sel otak kita tidak hanya membuat hubungan yang lebih kuat antara satu sama lain (yang mempengaruhi fungsi fisiologis kita), tetapi juga jumlah total koneksi yang lebih besar (yang mempengaruhi struktur fisik tubuh).

BACA JUGA :  Kebanyakan dari Kita Suka Berlatih untuk Tidak Bahagia

Jadi, begitu kita memikirkan sebuah pemikiran baru, kita menjadi berubah, baik secara neurologis, kimiawi, dan genetik. Dan ketika pemikiran baru itu terus diulang, maka semakin menguatkan perubahan genetik.

Penelitian mengungkapkan bahwa pikiran dan perasaan kita, serta aktivitas kita berupa pilihan, perilaku, dan pengalaman kita, memiliki efek penyembuhan dan regeneratif yang mendalam pada tubuh kita.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sekitar 90 persen gen bekerjasama dengan sinyal dari lingkungan. Dan perasaan adalah lingkungan internal yang kita rasakan.

Dengan demikian, ketika seseorang cenderung merasa destruktif, ia pada dasarnya membuat kondisi tubuhnya cenderung menjadi sakit.

Dalam kebanyakan kasus, ketika seseorang merasa kesepian, pikiran dan perasaannya akan cenderung mengarah pada perasaan bersalah akan masa lalu dan kecemasan akan masa depan.

Ketika perasaan sepi, rasa bersalah, dan cemas rutin dirasakan hingga belasan atau puluhan tahun, maka yang terjadi biasanya adalah munculnya penyakit-penyakit fisik yang tidak tergolong ringan.

 

 

Penulis : Syahril Syam, ST, C.Ht, L.NLP Pakar Pengembangan Diri

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Tim

Baca Lainnya

Pikiran Bawah Sadar Ciptakan Uang Melimpah

24 Agustus 2024 - 07:44 WITA

Pikiran Bawah Sadar Ciptakan Uang Melimpah

Urgensi Orang Tua Menjadi Tempat Curhat Anak

9 Januari 2024 - 15:19 WITA

Urgensi Orang Tua Menjadi Tempat Curhat Anak

Setiap Orang Memiliki Kekuatan Pikiran Alam Bawah Sadar

12 Agustus 2023 - 09:26 WITA

Ilustrasi mixed reality, bawah sadar dan virtual reality

Sel-sel dalam Tubuh Berperilaku dan Mengikuti Satu Komando

1 Juni 2023 - 08:02 WITA

Memodifikasi Perilaku dan Membongkar Memori Lama

28 Februari 2023 - 02:03 WITA

Sugesti Kesehatan, Keberlimpahan dan Kesuksesan

23 Februari 2023 - 11:17 WITA

Trending di Suggestion