Istilah skin hunger atau secara harfiah diartikan sebagai kelaparan kulit adalah istilah psikologis yang juga dapat disebut “rasa lapar akan sentuhan.”
Ini adalah kebutuhan fisiologis yang dimiliki manusia untuk sentuhan dan interaksi manusia. Bukan hanya kebutuhan seksual, meskipun sering dikaitkan dengan seks, manusia memiliki kecenderungan untuk perlu menyentuh dan disentuh.
Kondisi saat kulit kita butuh sentuhan atau interaksi sosial, yang kalau tidak terpenuhi dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.
Suzanne Degges-White, PhD, mengatakan keadaan ini sebagai perasaan rindu dan butuh akan sentuhan. Kebutuhan akan kontak fisik tersebut biasanya disalurkan lewat sentuhan, baik dengan berpegangan tangan, merangkul, atau pelukan erat.
Pada kita yang masih berada di usia produktif dan masih memiliki pasangan dan keluarga mungkin tidak terlalu merasakan skin hunger.
Namun pada kelompok lansia, terutama yang tinggal di panti jompo, mereka sangat membutuhkan skin hunger.
Jika kita kembali ke masa lahir, pengasuhan adalah hal penting pada bayi sebab bayi sangat membutuhkan perasaan aman. Jika bayi tak mendapatkan rasa aman, maka hal ini dapat menghambat kemampuannya untuk menghadapi stres kelak.
Itulah sebabnya – agar otaknya tak terganggu – penting untuk mengasuhnya secara berkualitas dan tidak melakukan pengabaian terhadap sang bayi.
Riset menunjukkan bahwa jika ibu dan bayinya dipisahkan terlalu lama maka fungsi dan perkembangan otak bayi akan terganggu.
Pada masa inilah bayi senantiasa merasakan hati yang penuh kasih sayang melalui sentuhan ibunya, juga ayahnya.
Artinya perasaan hampa dan sepi membuat seseorang mengalami skin hunger. Dan seringkali perasaan hampa dan sepi bisa teratasi – untuk sementara – dengan adanya interaksi dengan orang terkasih, teman dekat, dan interaksi sosial.
Saya menyebutnya “untuk sementara” karena terbukti para lansia yang seringkali tidak banyak berinteraksi dengan keluarga dekat, mengalami kembali perasaan hampa dan sepi. Dan ini membuat mereka mengalami skin hunger.
Sebenarnya kita bisa melatih diri kita untuk tidak mengalami skin hunger, walau sudah berusia lansia sekalipun dan walau jarang berinteraksi secara sosial.
Penting dipahami bahwa hati adalah non materi dan perasaan pun juga non materi. Jika selama ini perasaan hampa dan sepi bisa diusir melalui interaksi tubuh dan indrawi, kita pun bisa melatih kesadaran mental kita dengan menghayati sepenuh hati betapa besar Kasih dan Sayang-Nya kepada diri kita.
Dengan terus melatih penghayatan ini dengan senantiasa taat kepada-Nya, maka hati kita pun akan senantiasa dipenuhi cinta, kasih, dan sayang.